Tantangan Pendidikan di Era Pandemi
Medan – Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran mengenai masa depan pendidikan melalui pemanfaatan teknologi. Meskipun demikian, teknologi tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran guru, dosen, serta interaksi antara pelajar dan https://imigrasitanjungpinang.com/ pengajar, karena pendidikan tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan, tetapi juga dengan nilai-nilai, kolaborasi, dan keterampilan. Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas individu dalam memanfaatkan teknologi untuk memajukan pendidikan. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, pada acara Medan International Conference on Energy and Sustainability, Selasa (27/10).
“Saat ini, pandemi menjadi tantangan dalam mengembangkan kreativitas dalam penggunaan teknologi, bukan hanya untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk memastikan bahwa pembelajaran dapat berlangsung dengan baik,” ungkap Nizam.
Dia melanjutkan bahwa tantangan ini juga merupakan kesempatan bagi semua pihak untuk menemukan cara menggunakan teknologi dalam membekali mahasiswa dan pelajar dengan kompetensi yang diperlukan di abad ke-21. Keterampilan yang paling krusial di era ini adalah pembelajaran mandiri sebagai hasil dari proses pendidikan.
Nizam menjelaskan bahwa masa pandemi ini dapat melatih dan membiasakan mahasiswa untuk menjadi pembelajar mandiri melalui berbagai kelas daring atau webinar yang mereka ikuti. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan dapat bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran dan menghadapi tantangan nyata yang ada di masyarakat. Dia juga menambahkan bahwa keadaan ini adalah tantangan bukan hanya bagi mahasiswa, tetapi juga bagi dosen dalam menyampaikan materi ajar, di mana dosen perlu memastikan mahasiswa benar-benar memahami isi pembelajaran.
“Pembelajaran daring merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, terutama di Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. Kita perlu mencari cara untuk memanfaatkan teknologi, serta menyediakan akses internet di daerah-daerah terpencil, di mana perangkat elektronik tanpa koneksi internet masih menjadi sebuah kemewahan. Ini adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama; kita harus berkolaborasi keras untuk memanfaatkan teknologi dalam menyelesaikan masalah nyata yang dihadapi oleh mahasiswa dan pelajar yang kurang beruntung, baik dari segi ekonomi maupun akses teknologi di daerah terpencil,” tuturnya.
Kondisi pandemi Covid-19 juga memaksa para pengambil kebijakan di bidang pendidikan untuk beradaptasi dalam proses pembelajaran. Penyesuaian ini dilakukan melalui kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MB-KM), yang memberikan mahasiswa kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih luas dan kemampuan baru melalui berbagai kegiatan di luar program studi mereka.
Program-program yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selama pandemi meliputi relawan penanganan Covid-19 (RECON), KKN Tematik, Mengajar Dari Rumah (MDR), dan Permata Sakti. Semua program tersebut diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa di seluruh Indonesia.
Di sisi lain, Nizam menyatakan bahwa masa pandemi ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk keluar dari krisis dan bertransformasi menjadi negara yang lebih ramah lingkungan. Dia mencatat bahwa sejak pandemi dimulai, lingkungan telah menjadi lebih bersih dengan berkurangnya emisi gas buang, mengingat terbatasnya aktivitas masyarakat di luar rumah.